Keterbatasan jarak akibat larangan physical distancing sepanjang pandemi COVID-19 menghidupkan tren baru di masyarakat. Salah satu jenis hidup yang terasa beralih adalah cara berkomunikasi yang tergantung pada media digital.
Tidak hanya berdampak pada pola berkomunikasi perseorangan, digitalisasi komunikasi juga berpengaruh pada ranah usaha, juga didalam sektor ekonomi kreatif. Untuk memasarkan produknya pelaku ekonomi kreatif (Ekraf) mesti beradaptasi dan mengikuti pergantian tersebut. Membawa promosi produk ke ranah digital jadi hal yang mesti dilakukan.
Pasalnya, pemakaian media digital ikut meningkat secara vital sepanjang pandemi COVID-19. Berdasarkan knowledge berasal dari YouGov, yang dikutip Facebook for Business, pemakaian media sosial naik hingga 38% sepanjang pandemi COVID-19. Angka tinggi ini sudah harusnya ditangkap sebagai peluang bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia untuk laksanakan digitalisasi.
Terlebih, pandemi COVID-19 mengimbuhkan efek yang lumayan besar bagi sektor ekonomi kreatif secara global. Hal ini mampu dilihat berasal dari sektor ekonomi kreatif Amerika Serikat pada April-Juli 2020, berdasarkan knowledge Creative Economy Final, tercatat ada 2,7 juta pekerjaan dan lebih kurang US$150 miliar pemasukan hilang akibat penurunan sektor industri kreatif nasional di AS.
Kondisi yang mirip peliknya juga berlangsung pada sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Dikutip berasal dari Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, knowledge menyatakan bahwa estimasi pertumbuhan pekerja sektor ekraf di Indonesia -2,49%.
Sementara berasal dari knowledge yang sama, dibandingkan tahun sebelum saat pandemi, pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) berasal dari sektor ekonomi kreatif jadi -2,39%. Adanya penurunan angka ini pasti mengimbuhkan efek besar bagi ekonomi nasional.
Sebagai cara adaptasi, pelaku ekonomi kreatif diharapkan mampu segera memasuki ekosistem digital atau go online. Pemerintah menargetkan pada 2024 ada 30 juta industri kreatif yang masuk ke ekosistem digital.
“Penguatan pada produk ekonomi kreatif mesti dapat dukungan bersama ekosistem yang baik. Ekosistem ini memiliki lebih dari satu komponen dasar. Pertama dan yang terutama adalah SDM dan talenta yang kompeten yang akan jadi penggeraknya. Kedua, adalah ketersediaan sumber energi yang lainnya, juga perangkat seperti frekuensi radio sebagai alat komunikasi. Ketiga adalah sumber energi artifisial atau buatan seperti numbering, IP Address, domain dan lain-lainnya,” bilang Neil Himam selaku Deputi Bidang Digital dan Produk Ekonomi Kreatif.
Peran Ekosistem Digital didalam Ekonomi Kreatif
Peningkatan populasi pembeli digital adalah peluang yang amat besar bagi industri kreatif Indonesia untuk bangkit. Untuk mampu menyentuh pembeli tersebut, pelaku ekonomi kreatif mesti mampu gunakan media digital.
Ketika memasuki ekosistem digital, keliru satu modal yang mesti dimiliki oleh pelaku ekraf adalah kreativitas. Pelaku ekraf juga mesti selalu memperbarui gagasan untuk mampu menarik perhatian pembeli atau audiens.
Selain itu, ada digitalisasi didalam ekosistem ekonomi kreatif mengimbuhkan banyak fungsi untuk pelaku ekraf. fungsi pertama, riset menyatakan terkecuali transformasi ke dunia digital akan membuat suatu unit usaha lebih efisien dan stabil.
Sebab, transformasi digital menyederhanakan sistem operasional jauh lebih efektif. Selain itu pemakaian ekosistem digital juga bermanfaat untuk membuat perusahaan lebih berkembang. Karena pemakaian teknologi digital menciptakan lingkungan kerja yang lebih modern.
Terakhir, ekosistem digital juga memiliki potensi besar untuk menaikkan omzet. Alasannya, digitalisasi mendobrak batas-batas pada produsen dan konsumen. Dengan begitu para pelaku ekraf amat kemungkinan laksanakan perluasan jaringan bisnis. Tidak hanya bersama konsumen, ekosistem digital juga membuka peluang bersama perusahaan lain yang mampu menolong operasional.
“Kita juga butuh infrastruktur dan ini banyak sekali cakupannya dan yang terutama adalah knowledge center. Lalu ada teknologi gara-gara didalam penguatan ini kita akan banyak gunakan teknologi IP, Big Data dan lainnya. Selanjutnya ada produk, seperti layanan, hardware, aplikasi hingga konten. Lalu ada permodalan yang menurut saya agak unik untuk pengembangan digital ini, gara-gara mampu lebih luas ulang bersama ada crowdfunding, venture capital, angel investment dan lainnya.
Lalu, ada juga pasar yang juga tidak kalah penting dan ini tidak hanya di didalam negeri, tapi juga di luar negeri. Ada juga knowledge yang tentunya amat penting didalam ekosistem ini. Semua segi ini mesti dibarengi bersama pembuatan atau penyesuaian dan perjanjian dan juga regulasi yang tepat agar mampu menolong ekosistem digital ekonomi kreatif yang inginkan dikembangkan,” sambung Neil Himam.
Optimalisasi Ekosistem Digital di Indonesia
Dalam menyiapkan ekosistem digital, terutama di sektor ekonomi kreatif di Indonesia, pelaku ekraf tidak sendiri. Pemerintah ikut menolong berupaya cara strategis pemakaian ekosistem digital.
Ada enam cara yang sedang diupayakan pemerintah didalam adaptasi ke ekosistem digital. Pertama, memperbaiki mutu sarana digital untuk menaikkan efisiensi dan energi saing sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kedua, menaikkan mutu sumber energi manusia agar mampu beradaptasi bersama kebutuhan lapangan kerja di era depan. Ketiga, mengintegrasikan riset, desain, dan pengembangan bersama modernisasi industri sektor produktif lainnya.
Keempat, mendorong pengembangan teknologi finansial untuk menolong pertumbuhan ekonomi bersama memaksimalkan bantuan konektivitas internet dan penetrasi telephone genggam. Kelima, memperkuat ekosistem inovasi bersama kolaborasi pada pemerintah, pelaku bisnis, institusi pendidikan, dan komunitas. Keenam, pemerintah berupaya untuk mendorong kolaborasi perusahaan rintisan, mencakup pengembangan ekosistem, akselerasi, inkubasi, hingga style bisnis, dan segi berkesinambungan berasal dari usaha start-up.
Sementara berasal dari segi pelaku ekonomi kreatif, ada banyak upaya yang juga mesti dikerjakan tak sekedar beradaptasi bersama digitalisasi. Misalnya, laksanakan manajemen e-commerce, dan mendaftarkan produk didalam Hak Kekayaan Intelektual.
Kolaborasi pada pelaku ekonomi kreatif, pemerintah, dan pengembang teknologi digital diharapkan mampu mewujudkan target ekosistem digital di Indonesia. Sehingga hal ini mampu jadi momentum kebangkitan ekonomi nasional, tertentu di sektor ekonomi kreatif.
“Dengan ada ekonomi digital ini, saya rasa semua jadi tidak terbatas ruang, selagi dan jarak. Jadi manfaatnya juga bukan hanya dirasakan oleh konsumen, tapi juga oleh produsennya. Ekosistem digital ini akan menolong untuk memasarkan agar lebih mudah, lebih-lebih lebih dari satu sektor ekonomi kreatif kriya, fashion kuliner yang menurut saya amat gunakan Kedatangan ekonomi digital ini gara-gara ada bentuknya, ada barangnya. Tapi semua subsektor ekonomi kreatif mampu masuk ke didalam ekosistem digital ini, tentunya bersama beraneka inovasi dan kolaborasi bersama semua pihak. Misalnya untuk bidang kuliner, bagaimana mereka mesti mampu mencari cara paling baik untuk mengemas produknya,” tutup Neil Himam.
Baca Juga : 4 Daftar Teknologi Digital Hemat Energi yang Perlu Diketahui
Klik : selaparangtv.com