Media sosial telah menjadi panggung utama berbagai tren yang membentuk budaya digital masa kini. Salah satu fenomena yang paling mencolok adalah munculnya “viral challenges”, tantangan-tantangan yang menyebar secara cepat dan masif di platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan Twitter (X).
Mulai dari tantangan tarian, tantangan kebugaran, hingga tantangan ekstrem, ribuan pengguna berlomba-lomba mengikuti arus viral demi hiburan, eksistensi, atau bahkan popularitas.
Namun di balik keseruannya, viral challenges juga memunculkan kekhawatiran. Tidak semua tantangan yang viral aman untuk dilakukan.
Bahkan, beberapa di antaranya telah menyebabkan cedera, kerugian materi, hingga kehilangan nyawa. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam: apakah fenomena viral challenge ini membawa lebih banyak manfaat atau bahaya?
Apa Itu Viral Challenge?
Viral challenge adalah aktivitas yang ditantang secara terbuka di media sosial, biasanya dengan syarat harus direkam dan dibagikan secara publik.
Tantangan ini bisa berupa apa saja—mulai dari aksi sederhana seperti “Ice Bucket Challenge” untuk amal, hingga aksi berisiko seperti “Skull Breaker Challenge” yang berbahaya. Beberapa viral challenge terkenal di antaranya:
- Ice Bucket Challenge (2014): menyiramkan air es ke tubuh untuk kampanye ALS.
- In My Feelings Challenge (2018): menari di luar mobil yang sedang berjalan.
- Tide Pod Challenge (2018): mengunyah kapsul deterjen, sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
- Silhouette Challenge, Flip the Switch Challenge, Plank Challenge, hingga berbagai challenge dance TikTok yang lebih modern.
Mengapa Viral Challenge Bisa Sangat Menarik?
Ada beberapa alasan mengapa orang tergoda untuk mengikuti viral challenge:
- FOMO (Fear of Missing Out) – Takut ketinggalan tren membuat orang ingin ikut meramaikan.
- Pencarian Validasi Sosial – Tantangan menjadi cara mudah mendapatkan “likes”, komentar, dan perhatian.
- Keseruan dan Hiburan – Banyak tantangan bersifat lucu dan menyenangkan untuk dilakukan bersama teman.
- Pengaruh Selebriti dan Influencer – Ketika publik figur ikut challenge, pengikutnya cenderung meniru.
- Viralitas Cepat – Algoritma media sosial cenderung mendorong konten tantangan agar makin tersebar luas.
Sisi Positif dari Viral Challenges
Tidak semua tantangan viral itu buruk. Beberapa justru membawa dampak positif yang cukup besar, di antaranya:
1. Menggerakkan Kampanye Sosial
“Ice Bucket Challenge” sukses mengumpulkan lebih dari $100 juta untuk penelitian ALS. Ini bukti bahwa tantangan bisa menjadi alat kampanye yang kuat.
2. Mendorong Gaya Hidup Sehat
Beberapa challenge seperti “Plank Challenge” atau “10k Steps a Day” mendorong orang untuk lebih aktif secara fisik.
3. Meningkatkan Kreativitas
Tantangan seperti “Don’t Rush Challenge” atau “Makeup Transformation” mendorong kreativitas visual dan seni.
4. Membangun Komunitas
Tantangan yang dilakukan bersama-sama bisa memperkuat rasa kebersamaan dan koneksi antar pengguna media sosial.
Bahaya yang Mengintai di Balik Keseruan
Meski menghibur, banyak tantangan yang sebenarnya sangat berbahaya, terutama jika dilakukan tanpa pengawasan atau hanya demi mengejar popularitas.
1. Risiko Cedera Fisik
Tantangan seperti “Skull Breaker Challenge” dan “Kiki Challenge” telah menyebabkan cedera kepala, patah tulang, bahkan kematian karena dilakukan tanpa pengamanan.
2. Tekanan Sosial dan Mental
Anak muda bisa merasa tertekan untuk ikut tantangan demi diterima oleh lingkungan digitalnya, bahkan jika mereka tahu itu berisiko.
3. Penyebaran Perilaku Berbahaya
Beberapa tantangan mendorong perilaku impulsif, agresif, atau merusak diri sendiri. Tantangan seperti “Benadryl Challenge” di AS menyebabkan overdosis dan kematian pada remaja.
4. Privasi dan Eksploitasi
Beberapa tantangan tanpa sadar membocorkan informasi pribadi, atau digunakan pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan konten tidak pantas.
Siapa yang Rentan Terpengaruh?
Anak-anak dan remaja menjadi kelompok paling rentan karena:
- Mereka masih membentuk identitas diri dan mudah terdorong untuk diterima secara sosial.
- Belum memiliki kemampuan berpikir kritis dan menyaring informasi digital dengan baik.
- Rentan terhadap pengaruh selebriti atau influencer yang mereka idolakan.
Peran Orang Tua, Sekolah, dan Platform Digital
Untuk mengurangi dampak negatif viral challenges, berbagai pihak harus ambil bagian:
Orang Tua
- Awasi aktivitas media sosial anak.
- Bangun komunikasi terbuka tentang apa yang mereka tonton dan lakukan online.
- Ajarkan berpikir kritis dan pentingnya mengatakan “tidak” terhadap tekanan sosial.
Sekolah
- Lakukan edukasi literasi digital secara berkala.
- Diskusikan dampak viral challenge dalam kegiatan pembelajaran.
- Libatkan siswa dalam membuat konten edukatif sebagai tandingan tren negatif.
Platform Digital
- Deteksi dan batasi penyebaran konten berbahaya.
- Tampilkan peringatan atau disclaimer untuk challenge berisiko tinggi.
- Promosikan tantangan yang berdampak positif.
Kesimpulan
Fenomena viral challenge di media sosial mencerminkan kekuatan besar dunia digital dalam membentuk perilaku manusia, terutama generasi muda. Di satu sisi, tantangan ini bisa menjadi alat hiburan, edukasi, hingga kampanye sosial.
Baca Juga :
Namun di sisi lain, tanpa pengawasan dan kesadaran, ia bisa berubah menjadi bumerang yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Kuncinya bukan melarang semua tantangan, tapi mengedukasi dan membentuk kesadaran digital yang kuat di kalangan pengguna. Dengan begitu, kita bisa memilih mana tantangan yang aman dan bermanfaat, serta menolak tantangan yang hanya berujung pada risiko dan kerugian.